Sabtu, 26 Februari 2011

Analisis “Penelitian Agama Di Indonesia” Karya Mukti Ali


Dalam sosial-keagamaan umat manusia terdapat wilayah yang disebut dengan sakral dan profan (wilayah yang disebut normativitas dan historisitas). Dan dalam prakteknya, antara keduanya saling campur-aduk dan berjalin-kelindan. Dalam kenyataan hidup sehari-hari, hubungan antara keduanya adalah sangat erat bahkan untuk kasus-kasus tertentu sangat campur anduk, tumpang tindih. Suatu ketika yang sakral di profankan dan yang profan disakralkan. Karya mukti ali ini adalah berawal dari kecenderungan-kecenderungan penelitian agama yang tidak dapat menunjukkan keilmiahannya. Hal ini terjadi karena penelitiannya disebabkan teori yang spekulatif, baru menyadari bahwa penelitiannya harus empiris dan penelitianya bersifat deduktif, yaitu meneliti masyarakat sesuai dengan agama yang diyakininya.
Bidang yang menjadi garapan dalam penelitian agama adalah pengaruh timbal balik antara masyarakat dan agama. Dengan penelitian agama diharapkan akan diketahui bagaimana perwujudan sosial dan kultural islam, dan sejauh mana kebudayaan setempat mewarnai perwujudan sosial kultural agama islam tersebut dan agama-agama lain di indonesia. Maka diperlukan pusat-pusat latihan penelitian agama. Tetapi jangan sampai terjadi pengkotak-kotakan atau menjadi terpisah-pisah antara agama, sosial, budaya dan politik. Jika terpisah-pisah maka terjadi pembenaran atas dirinya atau kelompoknya sendiri. Dalam penelitian agama diusahakan pendekatan empiris terhadap agama, yang meliputi ajaran dan amalan dengan metode hubungan dengan ilmu-ilmu yang lain dalam penelitian.
Penelitian yang dijadikan contoh oleh mukti ali, memang tidak didahului dengan uraian tentang metode yang dipakai dengan teori-teori penelitian. Hal ini perlu adanya metodologi pendekatan keilmuan yang sering-kali dikaburkan dan dirancukan dengan paham tertentu. Penelitian agama bersangkut paut dengan refleksi agamaniah atas mengalaman umat dalam situasi konkrit dengan sikap agamaniah. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan filsafati untuk mencari klarifikasi akademis-keilmuan hubungan antara ide-ide mendasar dan fundamental tentang fenomena religiositas dan kenyataan konkret pengalaman dan pengalaman keagamaan manusia pada wilayah kultural-historis. Maka mukti ali menawarkan metode di dalam penelitian agama yaitu: (1) dengan seksama mengamati fakta-fakta, (2) menentukan di mana letak kemungkinan-kemungkinan yang paling menonjol, artinya mencoba memahami apakah arti fakta-fakta itu, (3) berdasarkan pemahaman yang rasional pada tahap 1 dan 2 mencoba melihat dari segi cahaya agama, (4) menilai dalam cahaya agama pelaksanaan konkrit sesuai dengan situasi historis.
Dalam penelitian agama, refleksi perlu dijalankan. Penelitian agama tidak mungkin dilakukan kalau peneliti itu tidak tahu seluk-beluk persoalan pokok agama. Karena itu peneliti dan juga para pekerja lapangan dalam bidang agama itu sendiri harus beragama dan berefleksi atas agamanya. Disini ada peran pendekatan terhadap islam dan masyarakat hingga penelitian interpretasi dan problem insider dan outsider. Kalau si peneliti bukan orang beragama, akhirnya ia hanya sanggup mengkonstatir ungkapan-ungkapan kepercayaan dan gejala-gejala agamaniah, tetapi bukan iman atau agama itu sendiri. Mngkin dalam arti tertentu sisologi dan psikologi suadah puas dengan menemukan gejala tersebut. Tetapi justru dalam penelitian agama, ungkapan-ungkapan dan gejala-gejala itu didakditerima dengan face value-nya. Di sinilah perbedaan antara peneliti agama dan sosiologi agama dan psikologi agama.
Penelitian ilmu-ilmu sosial mempunyai tiga corak penelitian yaitu: dekripsi, eksplorasi dan verifikasi. Dalam penelitian deskriptif tidak ada hipotese-hipotese, dalam penelitian eksplorasi hipotese-hipotese baru dibentuk pada akhir penelitian, sedangkan hipotese-hipotese merupakan titik tolak untuk diuji dalam penelitian verifikatif. Penelitian agama ingin melukiskan salah satu kelompok sosial dan gejala-gejala dalam masyarakat agama. Hal ini sesuai dengan tipe penelitian deskriptif. Pada kokoknya seluruh metode penelitian agama sebaliknya berwarna atau bersifat agamaniah, yaitu bahwa penelitian agama itu bertitik tolak dari permasalahan agama dan bahwa proses diagnose dan prognose diarahkan oleh salah satu skema evaluasi yang diambil dari agama. Tetapi tidak melepaskan berbagai aspek ilmu yang ada, baik ilmu sosial, budaya, dll.
Mukti Ali menyebutkan bahwa penelitian agama perlu faktor-faktor pribadi dan ilmiah, strategi, teknik penelitian dan sebagainya. Karena penguasaan diri dan metodologi merupakan hal yang tidak bisa ditinggalkan, dengan penguasaan diri maka mengetahui pengalaman orang yang paling subyektif  yaitu pengalaman kehidpan agama. Dan metodologi merupakan sebagai alat atau cara pandang untuk penelitian. Tidak lupa perlu adanya sumber-sumber yang mendukung penelitian tersebut baik berupa questionnaire, interview, obeservasi sosiologis dan antropologis, participant observation, genetic, grafik dan statistik.

1 komentar: