Perekonomian dalam negeri tidak terlepas dari pengaruh perekonomian dunia. Setelah tumbuh tinggi yaitu sebesar 4,7 persen pada tahun 2000, perekonomian dunia dalam tahun 2001 mengalami resesi. Perlambatan perekonomian dunia tahun 2001 tersebut antara lain disebabkan oleh melemahnya kepercayaan internasional yang didorong oleh menurunnya investasi di bidang teknologi informasi. Dengan penggunaaan yang sudah meluas, penurunan investasi di bidang teknologi informasi memberi pengaruh yang cukup besar bagi banyak negara, termasuk negara-negara industri maju. Perlambatan ekonomi dunia tahun 2001 selanjutnya diperburuk oleh tragedi World Trade Center di New York, 11 September 2001, yang berpengaruh luas terhadap pasar modal di berbagai negara. Dalam keseluruhan tahun 2001, perekonomian dunia hanya tumbuh sebesar 2,4 persen.
Perlambatan ekonomi dunia tahun 2001 berpengaruh terhadap perdagangan dunia. Volume perdagangan dunia pada tahun 2001 menurun 0,1 persen, jauh lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang meningkat 12,5 persen. Dengan melemahnya permintaan dunia, harga komoditi nonmigas di pasar internasional dalam tahun 2001 menurun sebesar 5,4 persen.
Memasuki paruh kedua tahun 2002, perekonomian dunia secara berangsur-angsur meningkat didorong oleh kombinasi pelaksanaan kebijakan moneter yang longgar, pemberian stimulus oleh negara–negara maju dan negara-negara emerging market, serta meningkatnya investasi seiring dengan membaiknya kepercayaan masyarakat dan dunia usaha internasional. Dalam tahun 2002 dan 2003 perekonomian dunia tumbuh masing-masing sebesar 3,0 persen dan 3,9 persen. Sejalan dengan membaiknya perekonomian dunia, volume perdagangan dunia meningkat berturut-turut sebesar 3,1 persen dan 4,5 persen, serta harga komoditi non-migas naik berturut-turut 0,5 persen dan 7,1 persen dalam periode yang sama.
Pada bulan Mei 2004, timbul gejolak eksternal yang bersumber dari ekspektasi yang berlebihan terhadap perubahan kebijakan moneter Amerika Serikat dari kebijakan moneter yang longgar kepada kebijakan moneter yang ketat yang dikuatirkan dilakukan secara drastis; meningkatnya keinginan RRC untuk memantapkan stabilitas moneternya dengan memperlambat laju pertumbuhan ekonominya; serta meningkatnya harga minyak di pasaran dunia berkaitan dengan tidak menentunya situasi keamanan di Irak pada khususnya dan Timur Tengah pada umumnya. Ketiga tekanan eksternal tersebut melemahkan nilai tukar mata uang, termasuk rupiah; mengakibatkan gejolak pada pasar modal dunia, termasuk Indonesia; dan menimbulkan kekuatiran melemahnya pertumbuhan ekonomi dunia, termasuk kawasan Asia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar