LONDON, KOMPAS.com - Pemberontak Libya menahan satu unit pasukan khusus Inggris di timur Libya. Sekitar delapan personel tentara SAS (pasukan khusus Inggris), tengah mengawal seorang diplomat senior melewati daerah yang dikuasai pemberontak ketika pasukan pemberontak mencegat mereka di tengah jalan. Diplomat itu tengah melakukan misi melakukan kontak dengan para pemimpin oposisi.
Demikian informasi yang diwartakan surat kabar Sunday Times. Kementerian luar negeri dalam pernyataan singkat mengatakan pihaknya tidak dapat "mengonfirmasikan atau membantah" berita tersebut.
Sabtu (5/3/2011), kelompok hak asasi manusia Human Rights Solidarity yang berpusat di Jenewa dan mempekerjakan sejumlah warga Libya di pengasingan mengemukakan kepada Reuters melalui telepon satu tim yang terdiri dari "delapan personil pasukan khusus" ditahan pemberontak.
Kementerian Pertahanan maupun Kementerian Luar negeri berulang-ulang menolak memberi komentar mengenai laporan kelompok itu.
Menurut Times, intervensi pasukan khusus SAS di Libya tampaknya membuat marah para tokoh oposisi Libya. Mereka khawatir, bukti adanya intervensi internasional akan digunakan pemimpin Libya Moamar Khadafi untuk menggalang dukungan patriotik dalam menghadapi pemberontakan.
Mengutip sumber-sumber Libya, Sunday Times mengatakan, pasukan khusus itu dibawa oleh pemberontak ke Benghazi, kota terbesar kedua Libya dan pusat pemberontakan. Mereka ditahan di satu pangkalan militer.
Kantor berita AFP memberitakan, Perdana Menteri Inggris David Cameron, Selasa pekan lalu mengatakan, negara-negara Barat harus meningkatkan kontak dengan pihak oposisi Libya untuk memperoleh pengertian lebih luas tentang niat-niat mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar