JAKARTA, KOMPAS.com - Para pengguna internet sejak  dua hari terakhir mungkin sempat tak dapat mengunjungi sejumlah  situs-situs terkemuka. Bahkan sampai hari ini, blog-blog yang beralamat  di Wordpress.com masih belum dapat dibuka di Indonesia.
Hal tersebut disebabkan tewasnya server Wordpress gara-gara serangan DDos (distributed denial of service). Dalam pernyataannya, Wordpress menyatakan bahwa trafik serangan tersebut ke data center  mereka mencapai beberapa Gigabits per detik dan pengiriman jutaan paket  per detik. Tidak tanggung-tanggung, tiga data center milik Wordpress di  Chicago, San Antonio, dan Dalla, AS down karenanya.
Peristiwa  ini tidak hanya menyebabkan alamat web Wordpress.com tak dapat diakses,  namun  juga membuat sekitar 25 juta alamat situs internet dan blog yang  diperkirakan menggunakan jasa Wordpress.com sempat tidak dapat diakses.  Termasuk situs-situs media terkemuka seperti TechCrunch dan Financial  Post yang mendapat jasa layanan premium.
Serangan sudah terjadi  dua kali. Pertama pada Kamis (3/3/2011) pagi dan sempat menghentikan  layanan Wordpress.com selama sekitar tiga jam. Layanan sempat normal  kembali, sebelum dihantam serangan kedua pada Jumat (4/3/2011) pagi  waktu AS atau Sabtu sore tadi. Serangan kedua dapat diatasi dalam waktu  satu jam. Namun, layanan Wordpress.com belum sepenuhnya pulih untuk  diakses dari semua negara.
Dari China
"Ini  merupakan serangan terbesar dan peling mematikan yang kami hadapai dalam  enam tahun sejarah perjalanan kami. Kami menduga hal tersebut didasari  motif politik untuk membungkam blog-blog yang tak berbahasa Inggris,  namun kami masih melakukan investigasi dan belum memastikan penyebab  pastinya," tulis Matt Mullenweg, pendiri Wordpress dalam email yang  dilansir PCWorld.
Menurut Mullenweg salah satu yang  menjadi target serangan adalah alamat blog berbahasa China yang  menggunakan Wordpress. Aamat blog tersebut juga termasuk daam daftar  yang diblokir layanan pencari internet Baidu di China. Wordpress tidak  tahu apa alasan alamat blog tersebut menjadi target serangan dan belum  akan merilis identitasnya sebelum hasil mitigasi selesai dilakukan.
"Mayoritas serangan berasal dari China (98 persen) dan sedikit dari Jepang dan Korea," kata Mullenweg, seperti dilansir TechCrunch.
Biasanya  serangan seperti ini memanfaatkan botnet atau program yang telah  menginfeksi banyak komputer di berbagai belahan dunia. Pelaku  mengaktifkan ribuan program tersebut dari jarak jauh dan diperintahkan  untuk menmbanjiri trafik sebuah situs dalam waktu bersamaan sampai tidak  sanggup memproses sehingga down.

 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar